TOKYO, Nov 25 (News On Japan) - Kekurangan obat batuk telah berlangsung lebih dari satu tahun, menciptakan tantangan besar bagi pasien dan penyedia layanan kesehatan. Rumah sakit dan apotek melaporkan stok yang semakin menipis, dengan beberapa mengandalkan solusi alternatif seperti koyo medis.
Dokter mengungkapkan frustrasi atas ketidakmampuan mereka memenuhi kebutuhan pasien, menyoroti masalah struktural di balik krisis ini, termasuk harga obat yang rendah yang ditetapkan pemerintah dan meningkatnya biaya akibat depresiasi yen.
Tenaga medis memperingatkan bahwa kekurangan berkepanjangan dapat mengancam nyawa, terutama bagi pasien asma yang bergantung pada obat tertentu. Apotek dan rumah sakit bekerja sama secara erat untuk mengelola persediaan terbatas, tetapi situasinya tetap genting, dengan kekosongan stok yang terlihat jelas.
Kementerian Kesehatan Jepang mengakui masalah ini dan telah mengusulkan rencana reformasi lima tahun untuk menstabilkan rantai pasokan melalui dukungan keuangan dan struktural di antara perusahaan farmasi. Namun, ketidakpastian tetap ada, diperburuk oleh penyebaran subvarian Omicron XEC. Pihak berwenang mendesak kewaspadaan karena influenza dan mikoplasma juga meningkat, menambah beban pada sistem perawatan kesehatan.
Source: ANN