HIROSHIMA, Feb 07 (News On Japan) - Terletak di lepas pantai Kota Takehara, Prefektur Hiroshima, Ōkunoshima—yang populer dengan sebutan "Pulau Kelinci"—menjadi rumah bagi ratusan kelinci liar. Setiap tahun, ribuan wisatawan mengunjungi pulau ini untuk berinteraksi dengan hewan-hewan tersebut, tetapi hanya sedikit yang mengetahui masa lalunya yang kelam sebagai lokasi produksi gas beracun.
Perjalanan kereta singkat dari Stasiun JR Mihara, diikuti dengan berjalan kaki selama tiga menit, akan membawa pengunjung ke terminal feri. Bahkan sebelum menginjakkan kaki di pulau ini, motif kelinci sudah terlihat di mana-mana—mulai dari kotak pos berwarna merah muda bertema kelinci hingga berbagai suvenir seperti kaos dan kartu pos. Makanan kelinci yang dijual seharga 200 yen menjadi barang yang sering dibeli oleh wisatawan. Feri yang dicat dengan warna merah muda senada mengangkut sekitar 50 penumpang per perjalanan dan beroperasi dua kali setiap jamnya.
Ōkunoshima, sebuah pulau kecil tak berpenghuni dengan keliling sekitar empat kilometer, adalah destinasi indah di mana pengunjung dapat menjelajahi jalur alam dan berinteraksi dengan sekitar 500 hingga 600 kelinci. Demi melindungi hewan-hewan ini, kendaraan bermotor dilarang masuk, dan wisatawan dapat menyewa sepeda listrik atau kendaraan mobilitas kecil untuk kemudahan berkeliling.
Banyak wisatawan yang mengungkapkan kecintaan mereka terhadap kelinci, termasuk seorang pengunjung dari Kobe yang membawa 2,5 kilogram makanan kelinci dari rumah. "Mereka sangat ramah—mereka langsung mendekat meminta makanan," ujarnya sambil tersenyum.
Namun, aturan ketat diterapkan demi kesejahteraan kelinci: pengunjung tidak diperbolehkan menyentuh mereka, harus membawa kembali sisa makanan, dan dilarang membawa hewan peliharaan lain ke pulau ini.
Meskipun kini dikenal sebagai surga bagi kelinci, Ōkunoshima memiliki sejarah kelam yang jarang diketahui. Antara tahun 1930 hingga akhir Perang Dunia II, pulau ini menjadi lokasi rahasia produksi gas beracun yang dioperasikan langsung oleh Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Lokasi ini memproduksi senjata kimia seperti gas mustard, yang disimpan dalam enam tangki besar dengan kapasitas total 100 ton. Pada puncaknya, lebih dari 6.000 pekerja terlibat dalam produksi tersebut.
Jejak masa lalu ini masih dapat ditemukan di pulau ini. Wisatawan dapat melihat reruntuhan fasilitas penyimpanan, terowongan, dan pembangkit listrik tua yang dulunya memasok daya ke pabrik. Dinding yang hangus oleh api menjadi pengingat akan peran pulau ini dalam perang. Selain itu, terdapat pula peninggalan benteng meriam tua yang dibangun sebelum Perang Rusia-Jepang untuk mempertahankan diri dari serangan angkatan laut Rusia.
Museum Gas Beracun Ōkunoshima menampilkan berbagai artefak dari era tersebut, termasuk peralatan produksi, pakaian pelindung, dan masker gas yang digunakan untuk mencegah paparan bahan kimia beracun. Salah satu pameran paling mencolok adalah peta sejarah tahun 1938, di mana Ōkunoshima sengaja dihapus untuk menjaga kerahasiaan operasinya.
Shinmoto, 74 tahun, seorang pemandu lokal, telah mendedikasikan dirinya untuk melestarikan dan membagikan sejarah pulau ini. "Karena ini adalah sebuah pulau, lebih mudah untuk menjaga kerahasiaan. Para pekerja dilarang berbicara tentang pekerjaan mereka," jelasnya. "Pemerintah bahkan menghapus Ōkunoshima dari peta."
Meskipun kini pulau ini menjadi tempat peristirahatan yang damai, Shinmoto menekankan pentingnya mengingat masa lalunya. "Saat ini, orang-orang mengenalnya sebagai 'Pulau Kelinci,' yang memang luar biasa, tetapi kita tidak boleh melupakan apa yang terjadi di sini. Beberapa catatan menunjukkan bahwa kelinci pernah digunakan dalam eksperimen gas beracun. Saya merasa ini adalah tugas saya untuk memastikan bahwa orang-orang memahami sejarah lengkap pulau ini."
Ōkunoshima adalah tempat di mana masa lalu dan masa kini berdampingan—di mana kelinci-kelinci yang menggemaskan berkeliaran bebas, namun luka sejarah tetap ada.
Source: ABEMAニュース