TOKYO, Feb 12 (News On Japan) - Setelah pertemuan puncak Jepang-AS selama pemerintahan Trump, diskusi tentang impor gas alam cair (LNG) semakin intensif. Kesepakatan untuk memperluas pembelian LNG dari AS dipandang sebagai perkembangan penting, tetapi tantangan besar masih ada. Akankah ini menyebabkan penurunan harga gas di Jepang? Dan negara mana saja yang menjadi hambatan dalam memenuhi komitmen ini?
Salah satu tantangan utama terletak pada logistik. Gas alam, dalam bentuk aslinya, adalah zat gas yang diekstraksi dari cadangan bawah tanah. Untuk dapat diangkut secara efisien, gas ini harus diubah menjadi LNG dengan cara didinginkan hingga -162°C, suatu proses yang membutuhkan fasilitas khusus di terminal ekspor. Jepang, yang terkenal dengan teknologi pengiriman LNG-nya, memainkan peran penting dalam proses ini, dengan banyak kapal pengangkut LNG dunia dibuat oleh galangan kapal Jepang. Namun, memenuhi permintaan Trump menghadapi tantangan logistik, karena slot pembangunan kapal sudah penuh untuk tiga tahun ke depan, sehingga pelaksanaannya tertunda.
Saat ini, Jepang mendapatkan LNG terutama dari Australia dan Malaysia, dengan impor dari AS berasal dari Texas, Louisiana, dan Maryland. Pengiriman LNG Amerika biasanya melewati Terusan Panama untuk mencapai Jepang, tetapi ketegangan geopolitik antara AS dan Panama dapat memengaruhi jalur ini. Akibatnya, pemerintahan Trump mendorong rantai pasokan alternatif dari Alaska, yang secara geografis lebih dekat ke Jepang. Namun, proyek LNG Alaska berulang kali menghadapi hambatan, membuat ekspansi dalam waktu dekat menjadi tidak pasti.
Komplikasi lain muncul dari masalah lingkungan. Pemerintahan Biden sebelumnya menghentikan pengembangan di Alaska karena upaya konservasi, dan setiap perubahan kepemimpinan di AS di masa depan dapat menghidupkan kembali pembatasan ini. Sementara itu, Jepang telah mendukung proyek LNG di Kanada dan Meksiko untuk mendiversifikasi pasokan dan mengurangi ketergantungan pada sumber dari Timur Tengah, yang rentan terhadap ketidakstabilan geopolitik. Baik Kanada maupun Meksiko sangat ingin memperluas ekspor LNG mereka ke Asia, tetapi sengketa dagang yang sedang berlangsung dengan AS dapat mempersulit akses mereka ke pasar Jepang.
Keamanan menjadi perhatian utama lainnya. Jika Jepang melanjutkan pengiriman LNG Arktik melalui Rute Laut Utara, kapal-kapal harus melewati garis pantai Rusia yang termiliterisasi, termasuk pangkalan yang menampung kapal selam nuklir dan sistem rudal. Ini menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan maritim dan risiko strategis. Selain itu, ketidakpastian politik di AS tetap menjadi faktor utama—sementara Trump mendorong ekspansi LNG secara agresif, pemerintahan selanjutnya dapat membatalkan kebijakan ini, memaksa Jepang untuk menegosiasikan ulang perjanjian dari awal.
Pada akhirnya, Jepang harus menyeimbangkan kepentingan ekonomi dengan risiko geopolitik sambil memastikan pasokan LNG yang stabil. Tantangan utamanya adalah memenuhi ekspektasi Trump sekaligus mempertahankan sumber energi yang beragam untuk menjamin stabilitas jangka panjang.
Source: YOMIURI