TOKYO, Aug 22 (News On Japan) - Penurunan angka kelahiran di Tokyo telah mencapai titik kritis, dengan tingkat fertilitas total turun di bawah 1 untuk pertama kalinya. Meskipun demikian, hampir 80% pekerja muda lajang di kota ini bersikap positif terhadap pernikahan, menurut sebuah survei terbaru.
Kamar Dagang dan Industri Tokyo melakukan survei pertamanya tentang sikap terhadap pernikahan dan kelahiran di kalangan pria dan wanita berusia 18 hingga 34 tahun yang bekerja di Tokyo. Hasilnya menunjukkan bahwa 78,7% responden yang belum menikah berniat untuk menikah suatu hari nanti.
Namun, sekitar 40% dari seluruh responden, termasuk mereka yang sudah menikah, melaporkan menghadapi hambatan untuk menikah, baik saat ini maupun di masa lalu, terutama karena kesulitan dalam menemukan pasangan yang cocok dan masalah keuangan.
Khususnya, hambatan yang paling sering disebutkan adalah kurangnya kesempatan yang baik untuk bertemu calon pasangan, yang disebutkan oleh 42,7% responden. Ini diikuti oleh ketidakpastian ekonomi, seperti kekhawatiran tentang pendapatan dan pekerjaan, yang dicatat oleh 36,7%.
Terkait dengan jumlah anak ideal, mayoritas responden, yaitu 56,7%, menganggap dua anak sebagai jumlah yang ideal. Namun, ketika ditanya tentang jumlah anak yang realistis yang mereka harapkan, persentase tersebut turun menjadi 39,5% untuk mereka yang masih percaya bisa memiliki dua anak. Lebih dari setengah responden mengharapkan untuk memiliki satu anak (35,5%) atau tidak sama sekali (24,4%).
Kekhawatiran ekonomi adalah hambatan terbesar untuk memiliki anak, dengan 74,1% responden menyebutkan masalah pendapatan dan pekerjaan. Kekhawatiran lainnya termasuk peningkatan beban pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak (39,2%) dan kebutuhan akan pemahaman serta kerja sama dari pasangan terkait pekerjaan dan pengasuhan anak (33,7%).
Source: ANN