TOKYO, Nov 18 (News On Japan) - Nissan telah mengumumkan rencana restrukturisasi besar yang mencakup penghapusan 9.000 pekerjaan di seluruh dunia, dipicu oleh kinerja bisnis yang memburuk.
Langkah ini menarik perhatian besar dari investor aktivis, yang sering disebut sebagai "aktivis pemegang saham," yang menandakan meningkatnya tekanan pada produsen mobil ini untuk merombak operasinya. Selain itu, industri otomotif Jepang yang lebih luas sedang bersiap menghadapi potensi perubahan di bawah pemerintahan Trump yang baru, dengan implikasi pada kebijakan perdagangan yang mungkin menguntungkan Toyota sambil merugikan Honda.
Pengumuman Nissan pada 7 November menyoroti rencana untuk mengurangi kapasitas produksi global sebesar 20%, sebagai respons terhadap penurunan profitabilitas di pasar utama seperti Amerika Serikat dan Tiongkok. Perusahaan menyebut meningkatnya biaya promosi di dealer AS dan persaingan yang semakin ketat di Tiongkok sebagai tantangan utama. Nissan juga merevisi perkiraan penjualan globalnya turun sebesar 250.000 unit, kini memproyeksikan total 3,4 juta kendaraan untuk tahun fiskal ini. Perkiraan laba operasionalnya pun secara drastis dikurangi dari 500 miliar yen menjadi 150 miliar yen, jauh di bawah ekspektasi pasar.
Pada 12 November, Bloomberg melaporkan bahwa sebuah dana yang terkait dengan Mantan Dana Murakami telah mengakuisisi 2,5% saham Nissan, memicu spekulasi tentang potensi dorongan untuk perubahan dalam tata kelola perusahaan. Fokusnya adalah pada anak perusahaan Nissan, Nissan Shatai, yang beberapa pihak berpendapat seharusnya sepenuhnya diintegrasikan ke dalam perusahaan induk.
Analis industri menyarankan bahwa kesulitan Nissan berakar pada adaptasi yang lambat terhadap tren pasar, terutama dalam kendaraan listrik (EV) dan hibrida. Sementara pesaing seperti Toyota dan Honda telah memanfaatkan segmen ini, Nissan tertinggal dalam memperkenalkan model yang kompetitif, dengan beberapa teknologi baru masih bertahun-tahun dari kesiapan pasar.
Ke depan, tantangan tetap signifikan bagi Nissan, dengan bayang-bayang perubahan kebijakan perdagangan di bawah pemerintahan Trump menambah ketidakpastian. Sementara perusahaan dengan basis produksi yang mapan di Amerika Utara, seperti Toyota, mungkin menemukan keuntungan, mereka yang sangat bergantung pada impor dari Meksiko atau Tiongkok dapat menghadapi biaya yang lebih tinggi.
Ketika investor aktivis mendorong restrukturisasi, Nissan menghadapi tekanan yang semakin besar untuk merevitalisasi operasinya di tengah lanskap otomotif global yang berubah dengan cepat.
Source: TBS