News On Japan

Kekurangan Beras Parah Mengancam Jepang

TOKYO, Jan 24 (News On Japan) - Jepang sedang menghadapi kekurangan beras yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan data terbaru menunjukkan ketidakseimbangan pasokan-permintaan yang mengkhawatirkan di pasar domestik. Surat Kabar Pertanian melaporkan pada 10 Januari bahwa DI (Indeks Permintaan-Pasokan), yang mengukur keseimbangan pasar beras, mencapai angka tertinggi sepanjang masa, yaitu 80. Angka ini menunjukkan kekurangan pasokan beras yang kritis, melampaui level tahun lalu ketika rak-rak supermarket kosong.

Skala DI beroperasi pada rentang 0 hingga 100, dengan 50 mewakili pasar yang seimbang. Indeks 80 mengungkapkan kelangkaan yang mengkhawatirkan, lebih tinggi dari DI 78 yang tercatat pada Mei tahun lalu, saat kekurangan beras sudah menjadi masalah mendesak. Situasi ini diperburuk oleh fakta bahwa angka ini mencerminkan kondisi per Desember 2024, yang berarti stok beras saat ini kemungkinan lebih menipis seiring berjalannya waktu.

Menambah krisis ini adalah misteri di sekitar rantai pasokan beras. Laporan menunjukkan bahwa stok beras tidak terhitung, dengan beberapa spekulasi bahwa stok tersebut mungkin ditimbun oleh distributor atau disimpan oleh petani. Ada juga dugaan bahwa panen tahun lalu mungkin tidak sebanyak yang diperkirakan semula. Ketidakjelasan ini semakin memperburuk kekhawatiran konsumen.

Kekurangan akut ini telah mendorong harga beras mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Indeks harga DI melonjak ke angka 92, mendekati level maksimum 100, menandakan kenaikan harga yang terus berlanjut selama tiga bulan ke depan. Meskipun diproyeksikan sedikit turun menjadi 76, pasar tetap berada dalam tekanan berat.

Kebijakan Pertanian Dikritik

Para kritikus menyalahkan krisis saat ini pada kekurangan dalam kebijakan pertanian Jepang, terutama kebijakan gentan, yang telah mengatur produksi beras selama beberapa dekade. Awalnya diperkenalkan untuk mencegah overproduksi dan menstabilkan harga, kebijakan ini justru membuat pasar rentan terhadap kekurangan mendadak dan lonjakan harga.

Dalam kebijakan gentan, petani diberi insentif untuk mengurangi budidaya beras guna menghindari kelebihan pasokan pasar. Sementara strategi ini tampak efektif dalam jangka pendek, kebijakan ini gagal mempertimbangkan keberlanjutan jangka panjang. Kebijakan ini juga gagal menetapkan langkah-langkah yang kuat untuk mengelola volatilitas harga selama masa kelangkaan. Kurangnya pandangan jauh ini membuat banyak petani beras meninggalkan industri, memperburuk keterbatasan pasokan.

Populasi petani yang menua menjadi tantangan lain yang signifikan. Dengan rata-rata usia petani Jepang mencapai 68 tahun, kapasitas produksi beras negara ini terus menurun. Biaya produksi yang tinggi dan hasil yang tidak memadai telah membuat generasi muda enggan masuk ke industri ini, mengancam kelangsungan jangka panjang pertanian beras domestik.

Ketergantungan yang Meningkat pada Impor

Kekurangan beras yang sedang berlangsung juga memicu lonjakan impor beras, perkembangan yang sebelumnya dianggap tidak mungkin terjadi karena tarif impor tinggi di Jepang yang dirancang untuk melindungi pertanian domestik. Terlepas dari hambatan ini, beras impor terjual habis dengan cepat, mencerminkan parahnya krisis. Selain itu, perusahaan swasta yang secara historis menghindari impor beras karena tidak menguntungkan kini aktif melakukannya untuk memenuhi permintaan konsumen.

Namun, mengandalkan beras impor memiliki risiko. Harga beras global telah meningkat secara bertahap selama dua dekade terakhir, hampir lima kali lipat sejak 2005. Karena inflasi terus memengaruhi pasar global, biaya beras impor mungkin segera menyamai atau bahkan melebihi biaya beras domestik, meruntuhkan anggapan bahwa impor luar negeri akan menjadi solusi yang hemat biaya.

Prospek Pasar Beras Jepang

Dalam jangka pendek, kekurangan beras diperkirakan akan terus berlanjut hingga panen berikutnya pada musim gugur. Meskipun produksi yang lebih tinggi direncanakan untuk mengatasi kekurangan saat ini, para ahli memperingatkan bahwa overproduksi dapat menyebabkan penurunan harga yang tajam, yang pada akhirnya mengecilkan hati para petani dan mempercepat kepergian mereka dari industri.

Dalam jangka panjang, ketergantungan Jepang pada beras impor mungkin meningkat seiring dengan terus menurunnya produksi domestik. Untuk mencegah kehancuran industri berasnya, pemerintah harus mereformasi kebijakan pertanian, berinvestasi dalam memodernisasi praktik pertanian, dan mendukung generasi muda untuk masuk ke dalam industri ini.

Krisis saat ini menjadi pengingat nyata akan pentingnya praktik pertanian yang berkelanjutan dan ketahanan pangan. Tanpa tindakan tegas, kekurangan beras di Jepang dapat menjadi masalah yang berulang, mengancam mata pencaharian petani dan kemampuan negara untuk mempertahankan tanaman pokoknya.

Source: トモ農園

News On Japan
MEDIA CHANNELS
         

Image of BOJ Naikkan Suku Bunga Kebijakan ke 0,5 Persen

BOJ Naikkan Suku Bunga Kebijakan ke 0,5 Persen

Bank of Japan (BOJ) telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga kebijakan dari 0,25 persen per tahun menjadi 0,5 persen. Ini menandai kenaikan suku bunga pertama dalam enam bulan dan tampaknya ditujukan untuk memperbaiki nilai yen yang lemah secara historis.

Image of Kekurangan Beras Parah Mengancam Jepang

Kekurangan Beras Parah Mengancam Jepang

Jepang sedang menghadapi kekurangan beras yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan data terbaru menunjukkan ketidakseimbangan pasokan-permintaan yang mengkhawatirkan di pasar domestik. Surat Kabar Pertanian melaporkan pada 10 Januari bahwa DI (Indeks Permintaan-Pasokan), yang mengukur keseimbangan pasar beras, mencapai angka tertinggi sepanjang masa, yaitu 80. Angka ini menunjukkan kekurangan pasokan beras yang kritis, melampaui level tahun lalu ketika rak-rak supermarket kosong.

Image of Expo 2025: Sebuah Visi untuk Masa Depan Jepang

Expo 2025: Sebuah Visi untuk Masa Depan Jepang

Toru Hashimoto, mantan gubernur dan wali kota Osaka serta seorang pengacara ternama, baru-baru ini membagikan pandangannya tentang pembangunan perkotaan, dinamika politik, dan masa depan Osaka.

Image of Sony, Honda Ungkap Model EV Canggih Menjelang Pameran Teknologi di AS

Sony, Honda Ungkap Model EV Canggih Menjelang Pameran Teknologi di AS

Menjelang pembukaan CES, pameran teknologi terbesar di dunia, Sony Group dan Honda telah meluncurkan model kendaraan listrik (EV) pertama mereka yang diproduksi secara massal di bawah merek ‘AFEELA’.