HOKKAIDO, Apr 30 (News On Japan) - Otoritas Regulasi Nuklir menyetujui draf tinjauan pada 30 April yang menegaskan bahwa langkah-langkah keselamatan di Reaktor Unit 3 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Tomari milik Hokkaido Electric Power telah memenuhi standar keselamatan baru yang diperbarui di Jepang. Hal ini secara efektif membuka jalan bagi reaktor tersebut untuk beroperasi kembali, menjadikannya reaktor ke-18 di 11 pembangkit nuklir nasional yang lolos tinjauan di bawah kerangka regulasi baru.
Proses peninjauan memakan waktu lebih dari 11 tahun, setelah pengajuan dilakukan oleh perusahaan pada Juli 2013. Hokkaido Electric berencana menyelesaikan pembangunan tanggul penahan gelombang dan peningkatan keselamatan lainnya sekitar Maret 2027, dengan tujuan melanjutkan operasional setelahnya.
Sektor tenaga nuklir Jepang perlahan mulai kembali masuk dalam bauran energi nasional lebih dari satu dekade setelah bencana Fukushima Daiichi memicu penutupan reaktor secara luas di seluruh negeri. Dulunya merupakan pilar utama strategi energi Jepang, tenaga nuklir tersingkir akibat kekhawatiran keselamatan dan penolakan publik yang kuat. Namun, dengan meningkatnya kebutuhan akan keamanan energi dan pengurangan karbon, pemerintah dan perusahaan energi mendorong kebijakan kembali secara hati-hati namun bertahap.
Sejak diberlakukannya standar keselamatan yang lebih ketat pada 2013, reaktor-reaktor menjalani peninjauan ketat oleh Otoritas Regulasi Nuklir. Proses ini kerap memakan waktu bertahun-tahun, dengan perusahaan diminta meningkatkan perlindungan tsunami, memperkuat sistem penahanan, dan memperbaiki protokol darurat. Hingga kini, 18 reaktor di 11 lokasi telah lolos tinjauan, meskipun belum semuanya beroperasi kembali.
Perusahaan seperti Kansai Electric dan Kyushu Electric telah kembali mengoperasikan beberapa reaktor yang telah disetujui. Lainnya, termasuk Hokkaido Electric, masih menghadapi hambatan konstruksi dan hukum. Pendapat publik tetap terbagi, khususnya di daerah yang pernah terdampak insiden nuklir di masa lalu, namun tekanan biaya energi dan ketegangan geopolitik telah memperkuat seruan akan kapasitas nuklir domestik.
Pemerintah memandang tenaga nuklir sebagai komponen penting untuk mencapai target netral karbon pada 2050. Meskipun energi terbarukan berkembang, tenaga nuklir tetap menjadi sumber daya dasar yang andal. Namun, jalan menuju kebangkitan penuh sangat kompleks, melibatkan waktu regulasi yang panjang, penolakan lokal, dan kebutuhan untuk membangun kembali kepercayaan publik—hal yang mungkin memakan waktu lebih lama dari sekadar peningkatan teknis.
Source: Kyodo