SHIGA, May 27 (News On Japan) - Sebuah ryokan bersejarah di kawasan pemandian air panas Ureshino, Prefektur Saga, telah mengubah aula perjamuan lamanya menjadi sekolah bahasa Jepang, dengan tujuan menjamin keberlangsungan usahanya melalui pelatihan bagi pekerja asing. Sekitar 40 siswa dari Nepal dan Pakistan saat ini terdaftar, belajar bahasa Jepang dan etika sambil bekerja paruh waktu di penginapan atau pertanian terdekat.
Tujuannya adalah agar mereka menjadi tenaga kerja siap pakai di wilayah yang menghadapi kekurangan tenaga kerja serius.
Sekolah tersebut dibuka pada April tahun ini di Wataya Besso, sebuah ryokan lama yang dikenal akan air panas penyembuhannya. Sekolah ini dikelola oleh lembaga bahasa Jepang yang berbasis di Tokyo, menjadikannya kasus yang tidak biasa di Jepang, di mana sebagian besar sekolah bahasa terpusat di perkotaan. Aula perjamuan lama—yang dulunya penting untuk perjalanan perusahaan dan wisata kelompok di era pertumbuhan tinggi—telah direnovasi menjadi ruang kelas.
Siswa mengikuti kelas selama dua tahun. Selain pelajaran bahasa Jepang, mereka juga mendapat bimbingan menulis resume dan aturan ketenagakerjaan, seperti batas kerja paruh waktu 28 jam per minggu bagi pelajar asing di Jepang. Mereka juga dilatih salam sopan dan manajemen waktu sebagai bagian dari pelatihan etika secara menyeluruh.
Pihak ryokan berharap lulusan dapat mengisi kekosongan tenaga kerja di industri perhotelan setempat. Seorang siswa mengatakan, "Saya ingin bekerja di hotel yang bagus."
Wataya Besso aktif beradaptasi terhadap perubahan demografi dan bisnis. Pada 2020, beberapa kamar tamu diubah menjadi kantor dan disewakan kepada perusahaan IT yang berbasis di wilayah metropolitan Tokyo. Ide pendirian sekolah bahasa Jepang juga berasal dari salah satu penyewa tersebut. Saat diminta melatih profesional IT dalam bahasa Jepang, penginapan ini menjawab bahwa kekurangan tenaga kerja di bidang pariwisata lebih mendesak—dan mengusulkan pendirian sekolah.
Kolaborasi tersebut menghasilkan inovasi lain. Sebuah perusahaan pengembang sistem yang berbasis di Tokyo menciptakan solusi pembayaran yang memungkinkan tamu membayar belanjaan dalam fasilitas bersamaan dengan biaya menginap. Konsep ini muncul setelah perusahaan tersebut membuka kantor di dalam ryokan.
Sejak didirikan pada 1950, Wataya Besso telah memperluas bangunannya selama beberapa dekade untuk mengimbangi permintaan. Kini, perubahan berani dalam pemanfaatan fasilitas—seperti mengubah ruang makan dengan pemandangan dan pemandian terbuka menjadi aset multifungsi—menunjukkan bagaimana penginapan tradisional bereksperimen dengan ide baru tidak hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk berkontribusi pada revitalisasi daerah.
Source: Television OSAKA NEWS