TOKYO, Oct 17 (News On Japan) - Mantan Perdana Menteri Tomiichi Murayama, yang menjabat sebagai perdana menteri Jepang ke-81 dan memimpin negara melalui peristiwa besar termasuk gempa Kobe tahun 1995, meninggal pada pagi hari tanggal 14 Juli di sebuah rumah sakit di Kota Oita. Ia berusia 101 tahun.
Murayama, yang dikenal dengan alis tebal khasnya dan dijuluki dengan penuh kasih "Ton-chan," lahir di Kota Oita pada tahun 1924 dan pertama kali terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun 1972 sebagai anggota dari Partai Sosialis Jepang saat itu. Pada tahun 1994, ia menjadi perdana menteri melalui koalisi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dibentuk oleh Partai Demokrat Liberal, Partai Sosialis Jepang, dan Partai Baru Sakigake — sebuah perombakan politik yang mengejutkan negara.
"Karena ini adalah kabinet yang dipimpin oleh Partai Sosialis, saya membayangkan ada banyak kekhawatiran baik di dalam negeri maupun di luar negeri," kata Murayama saat itu.
Selama masa jabatannya, Murayama menghadapi beberapa krisis terbesar Jepang pascaperang, termasuk Gempa Besar Hanshin-Awaji tahun 1995 dan serangan gas sarin mematikan di kereta bawah tanah Tokyo oleh sekte Aum Shinrikyo. Ia dikenal luas karena mengeluarkan "Pernyataan Murayama" yang bersejarah pada tahun 1995 untuk memperingati 50 tahun berakhirnya Perang Dunia II, di mana ia menyampaikan penyesalan mendalam dan permintaan maaf tulus atas agresi perang Jepang.
"Negara kita, melalui kebijakan nasional yang keliru, telah menyebabkan kerusakan dan penderitaan besar pada banyak negara, terutama kepada rakyat Asia, melalui penjajahan dan agresi," ujar Murayama. Pernyataan tersebut menjadi landasan utama diplomasi Jepang pascaperang dan tetap menjadi salah satu momen penting dalam masa pemerintahannya.
Murayama juga memainkan peran penting dalam pengesahan Undang-Undang Dukungan Korban Bom Atom, memperkuat warisannya sebagai politisi yang berdedikasi pada perdamaian dan kesejahteraan sosial. Dikenal dengan kepribadiannya yang ramah, ia menginspirasi berbagai barang dagangan bergambar dirinya dan dijuluki dengan penuh kasih "Ton-chan" oleh para pendukung dan koleganya.
Pada Januari 1996, Murayama secara tak terduga mengumumkan pengunduran dirinya, mengatakan bahwa ia memutuskan untuk mundur "setelah melihat langit biru Tahun Baru." Sekitar empat tahun kemudian, ia pensiun sepenuhnya dari dunia politik tetapi tetap menyuarakan pendapatnya, bahkan ikut serta dalam demonstrasi menentang undang-undang keamanan nasional di usia lanjutnya.
Saat diwawancarai oleh FNN pada tahun 2024, tak lama sebelum ulang tahunnya yang ke-100, Murayama mengatakan bahwa ia tidak pernah melewatkan jalan-jalan hariannya. Mengenang hidupnya, ia berkata, "Saya tidak pernah membayangkan akan menjadi perdana menteri. Melihat ke belakang, hidup saya telah dibentuk oleh pertemuan-pertemuan yang terjadi secara kebetulan."
Berita tentang kematiannya memicu edisi khusus surat kabar lokal di kampung halamannya, Oita. Seseorang yang berada di sisinya pada saat-saat terakhir mengatakan, "Kondisinya tiba-tiba memburuk sekitar pukul 10 pagi, dan ia meninggal dengan damai."
Di jalanan, warga menyampaikan kesedihan. "Sangat menyedihkan. Ia terasa seperti kakek yang baik hati," kata salah satu dari mereka.
Ungkapan belasungkawa juga mengalir dari dunia politik. Pemimpin Partai Sosial Demokrat Mizuho Fukushima berkata, "Setiap kali Ton-chan menyuruh saya untuk tetap semangat, itu memberi saya kekuatan. Saya merasa sangat kehilangan."
Pemimpin Partai Demokrat Konstitusional Katsuya Okada menggambarkan pemerintahan Murayama sebagai "pemerintahan yang paling mengejutkan yang pernah saya alami sebagai politisi," seraya menambahkan, "Saya memiliki rasa hormat yang mendalam padanya sebagai perdana menteri senior."
Perdana Menteri Shigeru Ishiba juga menyampaikan belasungkawa, dengan mengatakan, "Saya sangat terkejut dan sedih atas berita mendadak tentang kematiannya."
Source: FNN


















