OSAKA, Apr 13 (News On Japan) - Seiring dengan lonjakan jumlah penduduk asing dan turis di Jepang yang mencapai rekor tertinggi, rumah sakit di seluruh negeri menghadapi tantangan yang semakin besar: bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan pasien yang tidak berbicara bahasa Jepang.
Di pusat permasalahan ini terdapat para juru bahasa medis, yang perannya semakin penting dalam memastikan pasien asing menerima perawatan yang tepat dan memahami penjelasan medis yang kompleks.
Juru bahasa medis dilatih untuk menjembatani kesenjangan komunikasi antara pasien asing dan tenaga medis Jepang, terutama di lingkungan rumah sakit yang penuh tekanan dan risiko tinggi. Tugas mereka melampaui penerjemahan dasar—mereka harus menyampaikan istilah medis teknis, gejala, dan rencana perawatan dengan akurat, seringkali dalam situasi di mana kesalahpahaman dapat berakibat serius.
Di Rinku General Medical Center di Izumisano, Prefektur Osaka, yang terletak di dekat Bandara Internasional Kansai, permintaan akan juru bahasa medis sangat tinggi. Suatu hari, seorang wanita asal Filipina yang tinggal di Jepang mengunjungi rumah sakit menjelang operasi tenggorokan yang telah dijadwalkan, karena khawatir dengan batuk yang terus-menerus. Meskipun ia bisa sedikit berbahasa Jepang, ia menjelaskan bahwa istilah medis terlalu rumit untuk dipahami sendiri. "Aplikasi penerjemah pun bisa salah. Memiliki penerjemah manusia sangat membantu," katanya, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas layanan tersebut.
Rumah sakit ini saat ini mempekerjakan 17 juru bahasa yang menguasai lima bahasa—Inggris, Mandarin, Spanyol, Portugis, dan Vietnam. Banyak dari mereka memiliki alasan pribadi untuk terjun ke bidang ini. Beberapa adalah pensiunan yang ingin memanfaatkan kemampuan bahasa mereka untuk tujuan baik; yang lain, seperti Miyu Ishibashi, adalah penduduk lama Jepang yang memiliki pengalaman tinggal di luar negeri. Ishibashi, juru bahasa Inggris berpengalaman, pernah tinggal di Amerika Serikat selama sepuluh tahun. Ia menekankan aspek emosional dari pekerjaannya, mencatat bahwa rumah sakit bisa menjadi tempat yang menakutkan bahkan bagi penutur asli, dan bahwa juru bahasa juga memberikan dukungan psikologis.
Dalam sebuah konsultasi, Ishibashi membantu seorang pasien asal Australia yang mengalami detak jantung tidak teratur. Ia menerjemahkan istilah medis secara rinci, seperti sindrom Wolff-Parkinson-White, dan menjelaskan rekomendasi ahli jantung agar pasien mengenakan monitor elektrokardiogram selama seminggu. Pasien tersebut kemudian mengatakan bahwa tanpa bantuannya, ia tidak akan bisa sepenuhnya memahami diagnosis atau perawatannya.
Dengan meningkatnya jumlah pasien asing, rumah sakit ini menangani hampir 2.000 kasus penerjemahan pada tahun fiskal 2023, jumlah tertinggi hingga saat ini. Ketika juru bahasa internal tidak tersedia, layanan penerjemahan jarak jauh digunakan, namun kekurangan tenaga yang berkualifikasi tetap menjadi masalah serius. Salah satu masalah mendasar adalah bahwa profesi juru bahasa medis belum diakui secara luas sebagai profesi formal di Jepang. Sebagian besar juru bahasa bekerja paruh waktu atau secara sukarela, dan hanya sedikit yang dapat hidup dari pekerjaan ini saja.
Di antara bahasa yang paling banyak dibutuhkan adalah Mandarin, karena meningkatnya jumlah pasien berbahasa Mandarin. Li Xiangsheng, yang berasal dari Taiwan, adalah satu-satunya juru bahasa Mandarin penuh waktu di rumah sakit tersebut. Dengan pengalaman tujuh tahun, ia mengatakan tujuannya adalah memberikan dukungan bahasa sekaligus ketenangan emosional bagi pasien. Kemampuannya dalam membangun kepercayaan dan pengertian membuatnya menerima banyak rasa terima kasih yang tulus, termasuk surat dari keluarga pasien, terutama dalam kasus perawatan akhir hayat.
Salah satu pasien yang didampingi oleh Li adalah Sho Sho, seorang wanita asal Tiongkok yang bersiap melahirkan di Jepang. Merasa cemas menghadapi lingkungan yang asing, Sho mengatakan bahwa kehadiran juru bahasa berbahasa Mandarin di sisinya membuatnya jauh lebih percaya diri. Sebulan kemudian, ia melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat, dan mengucapkan terima kasih kepada staf rumah sakit dan Li atas dukungan mereka. "Saya sangat bahagia. Saya sangat berterima kasih dari lubuk hati terdalam," katanya.
Bagi banyak juru bahasa, momen seperti ini sangat memuaskan. Baik itu membantu pasien memahami diagnosis serius atau menyambut kelahiran seorang anak, juru bahasa medis memainkan peran penting yang sering kali luput dari perhatian dalam sistem layanan kesehatan Jepang. Seiring dengan meningkatnya keberagaman di negara ini, peran mereka akan menjadi semakin penting.
Source: ABCTVnews