SAPPORO, Mar 28 (News On Japan) - Sebuah acara budaya di Stasiun JR Asahikawa pada hari Jumat memperkenalkan anak-anak pada tarian tradisional Ainu, dengan tujuan melestarikan warisan masyarakat adat Jepang.
Diselenggarakan oleh Dewan Pendidikan Kota Asahikawa, acara ini menampilkan pertunjukan seremonial dengan pedang dan busur oleh kelompok tari lokal, serta partisipasi langsung dari anak-anak prasekolah yang juga mencicipi teh herbal Ainu.
Ainu adalah masyarakat adat yang berasal terutama dari Hokkaido, dengan bahasa, sistem kepercayaan, dan praktik budaya yang unik yang diwariskan turun-temurun. Namun, karena kebijakan asimilasi historis dan diskriminasi sosial, banyak aspek budaya Ainu telah hilang atau berada dalam risiko. Acara seperti ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk merevitalisasi dan mewariskan tradisi Ainu kepada generasi muda.
Ainu telah menghadapi kesulitan besar akibat marginalisasi sistemik, asimilasi paksa, dan hilangnya otonomi budaya di bawah pemerintahan Jepang modern.
Periode gangguan paling besar dimulai pada era Meiji, ketika Jepang memasukkan Hokkaido ke dalam negara sebagai bagian dari upaya modernisasi. Pada tahun 1899, pemerintah Jepang memberlakukan "Undang-Undang Perlindungan Bekas Penduduk Asli Hokkaido", sebuah hukum yang menggambarkan Ainu sebagai masyarakat primitif yang perlu diasimilasikan. Berdasarkan hukum ini, Ainu dipaksa menetap, dilarang berbicara dalam bahasa mereka, dan dilarang menjalankan adat tradisional seperti tato, upacara beruang (iomante), serta beberapa bentuk perikanan dan perburuan yang penting bagi budaya dan kelangsungan hidup mereka. Tanah yang sebelumnya digunakan secara komunal selama beberapa generasi disita dan didistribusikan kembali, sering kali kepada pemukim Jepang yang pindah ke Hokkaido dengan dukungan pemerintah.
Sepanjang abad ke-20, Ainu mengalami diskriminasi luas dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan publik. Sebagian besar Ainu dipaksa untuk mengadopsi nama Jepang dan menyembunyikan identitas mereka demi menghindari pengucilan sosial. Akibatnya, pengetahuan budaya—termasuk bahasa, tradisi lisan, dan ritual—tidak diwariskan, yang menyebabkan penurunan tajam dalam kesinambungan budaya. Banyak anak muda Ainu tumbuh tanpa mengetahui warisan mereka atau enggan mengakuinya karena stigma.
Baru pada akhir abad ke-20 gerakan kebangkitan budaya mulai muncul. Aktivis dan akademisi dari komunitas Ainu mulai berupaya merebut kembali dan menghidupkan kembali budaya mereka, mendorong pengakuan yang lebih besar dan perlindungan hukum. Pada tahun 1997, Jepang mencabut undang-undang tahun 1899 dan memberlakukan "Undang-Undang Promosi Budaya Ainu", yang mengakui pentingnya pelestarian budaya Ainu, meskipun belum secara resmi mengakui Ainu sebagai masyarakat adat dengan hak-hak yang melekat.
Terobosan penting terjadi pada tahun 2008, ketika pemerintah Jepang, mengikuti resolusi tidak mengikat yang disahkan oleh Diet, secara resmi mengakui Ainu sebagai masyarakat adat untuk pertama kalinya. Pada tahun 2019, Jepang mengesahkan undang-undang baru untuk mempromosikan budaya Ainu dan menghapus diskriminasi, yang mencakup dukungan keuangan terbatas untuk kegiatan budaya dan ketentuan untuk pembangunan regional di komunitas Ainu. Meskipun ada kemajuan, para kritikus berpendapat bahwa undang-undang ini kurang memiliki langkah-langkah kuat untuk hak atas tanah, penentuan nasib sendiri, dan perubahan struktural.
Saat ini, populasi Ainu diperkirakan sekitar 13.000 orang, meskipun banyak yang percaya jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi, karena banyak orang keturunan Ainu tidak terdaftar atau tidak mengakui identitas mereka secara publik karena stigma yang sudah lama ada. Upaya kebangkitan budaya—seperti program revitalisasi bahasa, pertunjukan tari tradisional, dan penyuluhan pendidikan—terus dilakukan, dipimpin oleh komunitas Ainu sendiri. Lembaga seperti Museum dan Taman Nasional Ainu Upopoy di Shiraoi, yang dibuka pada tahun 2020, melambangkan fase baru kesadaran publik dan kebanggaan budaya, meskipun masih banyak tantangan yang tersisa.
Source: 北海道ニュースUHB