NARA, May 12 (News On Japan) - Nara kini muncul sebagai salah satu destinasi kari paling kompetitif di Jepang, didorong oleh kebangkitan kuliner yang menghubungkan dunia makanan modern kota ini dengan sejarah budaya rempah yang telah berlangsung selama 1.300 tahun.
Meski distrik Doshomachi di Osaka sering disebut sebagai tempat lahir bubuk kari Jepang pada zaman Edo, catatan sejarah menunjukkan bahwa akar budaya rempah di Jepang mungkin jauh lebih tua—hingga periode Nara dan ibu kota Heijokyo, yang kini dikenal sebagai Nara.
Pada abad ke-8, rempah-rempah seperti lada, cengkeh, dan kayu manis diperkenalkan ke Jepang melalui Jalur Sutra, datang dari India dan Asia Tenggara bukan sebagai bahan kuliner, melainkan sebagai obat-obatan. Rempah-rempah ini disimpan di gudang Shōsōin di Kuil Tōdai-ji sebagai bagian dari koleksi kekaisaran dan sudah digunakan sebagai bagian dari praktik diet dan pengobatan.
Catatan harian kuno yang disimpan oleh para biksu Buddha pada abad-abad berikutnya menggambarkan penggunaan rempah yang sangat kuat. Salah satu entri menyebutkan mencicipi isi dari "kantong sungai merah," yang menghasilkan sensasi begitu kuat hingga "bahkan penyakit pun lenyap." Rempah tersebut diyakini sebagai cabai awal—merupakan salah satu catatan tertua Jepang tentang capsaicin.
Hari ini, warisan sejarah itu terlihat dalam jumlah restoran kari yang semakin banyak di Naramachi, sebuah distrik tradisional yang dikenal dengan rumah-rumah machiya yang terjaga. Salah satu tempat yang berada di garis depan tren ini adalah Bosatsu Curry, yang dibuka lima tahun lalu dengan tujuan menjadikan Nara sebagai pusat simbolis budaya kari.
Bosatsu Curry mengkhususkan diri pada hidangan nasional Nepal, dal bhat, kombinasi sup lentil, nasi, dan kari berbumbu yang disajikan bersama berbagai lauk musiman. Restoran ini merekomendasikan untuk mencampur semua komponen bersama-sama, menciptakan pengalaman rasa berlapis yang mencerminkan beragamnya penggunaan rempah.
Contoh lain dari lanskap kuliner Nara yang terus berkembang adalah sebuah kafe pencuci mulut yang mengembangkan “mochi kristal” transparan berisi bunga yang dapat dimakan. Membuat tekstur jeli bening tanpa kekeruhan dilaporkan membutuhkan lebih dari satu tahun eksperimen. Disajikan dengan sirup gula merah dan tepung kedelai panggang, hidangan ini menyoroti penggunaan kreatif bahan tradisional dalam bentuk modern.
Seiring dengan signifikansi sejarahnya dan meningkatnya kunjungan wisatawan, reputasi kuliner Nara sedang mengalami transformasi. Dengan dukungan dari dokumentasi sejarah dan inovasi kontemporer, kota ini menempatkan dirinya tidak hanya sebagai landmark budaya—tetapi juga sebagai destinasi masakan berbasis rempah yang berakar dalam sejarah Jepang.
Source: KTV NEWS