SHIZUOKA, May 09 (News On Japan) - Udang sakura, yang dikenal sebagai "permata Teluk Suruga," menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah bertahun-tahun mengalami penurunan hasil tangkapan yang telah menyulitkan industri perikanan lokal.
Pemulihan ini sebagian besar disebabkan oleh pembatasan sukarela yang dilakukan secara kolektif oleh para nelayan untuk melindungi sumber daya. Di Distrik Shimizu, Kota Shizuoka, sebuah restoran sushi menarik banyak pengunjung musiman dengan menu andalannya "Set Pesta Udang Sakura," yang menyajikan udang dalam tiga cara—mentah, goreng tempura, dan rebus. "Baik orang Jepang maupun wisatawan asing sangat menyukainya," kata pemilik restoran Yamashichi, Yamazaki Tomoko.
Selama liburan Golden Week, banyak pelanggan mengunjungi restoran tersebut untuk mencicipi hidangan khas ini. Musim penangkapan udang sakura musim semi yang dimulai pada 2 April menghasilkan total tangkapan sebesar 167 ton hingga akhir April. Masanori Jitsuishi, ketua Koperasi Perikanan Udang Sakura Prefektur Shizuoka, menyatakan optimisme yang hati-hati terhadap hasil tersebut.
"Dibandingkan masa-masa itu, memang belum pulih secara drastis, tetapi kami melihat tren positif," kata Jitsuishi, merujuk pada periode sekitar tahun 2020 ketika hasil tangkapan merosot tajam. Menurut koperasi, sebelum tahun 2017, tangkapan tahunan sekitar 1.000 ton, tetapi pada tahun 2020 turun menjadi sekitar 128 ton. Sebaliknya, tangkapan tahun 2024 melampaui 500 ton, menunjukkan pemulihan yang lambat namun stabil.
Salah satu faktor utama di balik pemulihan ini adalah pembatasan sukarela yang terus dilakukan oleh koperasi. "Kami mengurangi jumlah kapal penangkap dan mempersingkat waktu penarikan jaring," jelas Jitsuishi.
Sebelum kebijakan ini diberlakukan, sekitar 120 kapal melakukan penangkapan. Koperasi kemudian mengurangi jumlah tersebut hingga setengahnya dan mengatur jadwal keberangkatan secara bergiliran untuk mengendalikan hasil tangkapan harian. Mereka juga memperpendek durasi penarikan jaring agar lebih banyak udang dapat bertahan dan berkembang biak di musim berikutnya.
Selain itu, aktivitas penangkapan dibatasi di area sensitif, seperti di dekat muara Sungai Fuji yang diyakini sebagai lokasi pemijahan udang.
"Ini bukan hanya makanan khas Teluk Suruga—ini kami anggap sebagai kekayaan Jepang," kata Jitsuishi. "Bahkan jika sumber daya ini sudah agak pulih, pembatasan sukarela harus tetap diterapkan."
Dalam upaya mewariskan kekayaan Teluk Suruga kepada generasi mendatang, komunitas nelayan terus menyesuaikan operasi kapal setiap hari berdasarkan kondisi perairan. Meskipun hasil tangkapan telah meningkat dari titik terendahnya, ketidakpastian masih ada. Oleh karena itu, koperasi berencana untuk melanjutkan pembatasan yang mereka terapkan sendiri di masa mendatang.
Source: SBSnews6